Guru di Mata Murid

Sampai saat ini, sosok tentang guru profesional dan atau guru yang dianggap ideal masih didominasi penilaian orang-orang yang dianggap ahli, misal; dosen, seperti melalui program sertifikasi, pengawas melalui supervisi, pakar dan pengamat pendidikan dengan buku-buku tentang guru yang berkualitas, terlepas semua itu memberi kontribusi pada sosok guru, kadangkala kita abai dengan penilaian bagaimana guru professional dan ideal, dimata murid.

Mengapa kita tidak boleh mengabaikan penilaian murid, sebab guru mengajar untuk murid. Kita sering melihat guru yang dianggap sudah bersertifikat profesional, namun tidak disukai oleh murid, kalau tidak disebut memble dalam mengajar. Terkait dengan peningkatan kualitas guru dalam mengajar, puluhan guru yang tergabung dalam Koalisi Guru Banten (KGB), di awal tahun, 3-4 Januari 2013, mengadakan refleksi, diantara tujuanya, bagaimana kami menjadi guru yang lebih baik. Dipandu Lody Paat Dosen UNJ, dan Ade Irawan dari Koalisi Pendidikan.

Pertama kami diajak mengingat ke masa lalu ketika menjadi murid, lalu membayangkan guru yang ideal menurut kami ketika menjadi murid, ada yang merasa bahwa semua itu baru berlangsung beberapa tahun kebelakang, ada yang sudah lupa-lupa ingat karena sudah puluhan tahun yang lalu, maklum peserta beragam, ada yang usianya baru 25 tahunan sampai diatas 45 tahunan. Setelah membayangkan kami diminta untuk menuliskannya.

Guru yang ideal ketika kami menjadi murid, diantaranya; Humoris, pintar, tidak suka marah, mempunyai komunikasi yang baik, memotivasi. Kami menuliskannya, diatas kertas kecil. Setelah itu dikumpulkan. Tentu ada pilihan-pilihan yang lain, namun paling tidak kelima kata itu menjadi pilihan dominan.

Kami lalu diberi kembali kertas kecil, sekarang menuliskan bagaimana guru ideal, dimata murid-murid kami. Ternyata, hasilnya tidak jauh berbeda, bahwa guru yang humoris, pintar, tidak suka marah dan suka tersenyum, pandai berkomunikasi, memotivasi, masih menjadi pilihan. Setelah itu kami mendiskusikan definisi kelima kata tersebut.

Kadang ketika guru bermaksud berhumor, malah menjadi garing, murid tertawa karena ‘terpaksa’ kalau tidak tertawa takut dianggap tidak menghargai guru. Ada juga guru yang mengeluarkan kata-kata humor yang dipikir-pikir jauh dari nilai-nilai pendidikan, misal; humor dengan menjadikan anak-anak sebagai bahan olokan, atau mengeluarkan kata-kata jorok dan terkesan mesum. Ketika kami menjadi siswa atau berbincang-bincang dengan siswa kami, yang disukai siswa adalah humor yang masih berkaitan materi pelajaran serta ikut memudahkan pelajaran.

Pintar, dari dulu sampai saat ini murid sangat suka guru pintar. Pintar bisa juga dianggap menguasai materi pelajaran, guru yang pandai bercerita juga bisa dianggap masuk ke dalam guru pintar. Guru bisa dianggap kurang pintar,misal; mengajar dengan membaca, ketika ditanya oleh murid bingung. Anda yang pernah menjadi murid, tentu masih ingat dan membedakan mana guru yang dianggap pintar dan bodoh. Beda sekali bukan rasanya, diajar guru pintar dan bodoh.

Guru pandai berkomunikasi dan membangun hubungan dengan murid, beragam macamnya, misal; pandai menerangkan, ketika menyampaikan materi pelajaran bisa dimengerti, murid tidak suka guru yang kaku terkesan ‘diam’ dan dingin, akrab dengan murid baik di dalam kelas maupun di luar. Bisa diajak ‘curhat’. Bergaul dengan murid, lebih-lebih siswa tingkat menengah atas, memang susah-susah gampang, karena terlalu akrab murid bisa melecehkan guru, merasa sudah dekat, murid bisa lebih ‘berani’. Hati-hati pula, karena ada guru yang jatuh cinta pada muridnya, atau sebaliknya. Lebih-lebih anda yang sudah punya istri atau suami. Sejumlah kasus ada orangtua yang melaporkan guru, karena merasa guru tersebut membohongi anaknya. Jadi, pandai-pandailah berkomunikasi dan bergaul dengan murid dengan tetap memposisikan bahwa anda adalah guru, teman, saudara dan orang yang menyayangi murid-murid, selayaknya guru dan murid.

Tidak suka marah dan suka tersenyum. Bayangkan kalau seorang guru datang dengan wajah murung dan dingin. Bayangkan ketika seorang guru datang, dan ketika membuka pintu, senyumnya sudah mengembang menyapa muridnya. Guru yang galak dan tidak suka tersenyum, memang harus kita akui dari dulu sampai sekarang tidak disukai murid. Bagaimana kalau ada masalah dengan pribadi guru, misal; sedang ada masalah di rumah, pikiran pusing. Terlepas dari itu semua, tidak adil kalau masalah anda ditimpakan pada murid bukan? Bukankah, mereka datang untuk belajar.

Sering ada anggapan, bahwa guru marah untuk mendidik. Ketika murid tidak bisa, lalu anda marah. Benarkah, marah anda? Apakah anda marah karena sayang, atau anda marah karena anda takut kalau murid anda lambat menerima pelajaran, anda dianggap tidak bisa mengajar. Siapa yang salah kalau murid banyak tidak bisa, walaupun guru sudah berusaha keras untuk mengajar? Jangan-jangan memang metode mengajar kita yang kurang baik.

Bolehkah guru mencubit atau menampar murid? Seperti yang sering kita dengar, alibi kekerasan sering dikaitkan bahwa semuanya untuk mendidik? Sebaiknya hindari, karena marah yang diluapkan dengan kekerasan tidak diperkenankan, karena pendidikan sudah semestinya anti kekerasan.

Sebaiknya bukan marah namun tegas. Anda buat peraturan dengan murid anda, misal kalau ada yang kesiangan lebih dari sepuluh menit tidak boleh masuk. Berisik dan menganggu teman, sekali ditegur, dua kali ditegur lagi, ketiga dikeluarkan. Ketika melakukan tindakan pada murid, anda harus bertanya kembali, pada diri anda yang paling dalam, apakah anda melakukan semua itu agar menjadi pelajaran, atau karena anda ingin dihargai, dihormati oleh murid anda?

Memotivasi artinya, banyak memberi memberi semangat, dorongan, hasrat dan keinginan untuk maju. Banyak orang-orang sukses, yang merasa bahwa kesuksesan mereka karena berkat dorongan guru-gurunya yang menginspirasi. Motivasi biasanya dilakukan oleh guru-guru yang pintar memuji, walaupun ada orang sukses berkat ejekan, namun kebanyakan orang yang sering diejek akan tumbuh menjadi orang minder, tidak percaya diri.

Menjadi guru humoris, pintar, tidak suka marah, mempunyai komunikasi yang baik, memotivasi, sepertinya gampang. Namun, seringkali dalam pelaksanaan kita abai dan merasa sudah melakukannya, padahal belum tentu. Lalu, bagaimana caranya untuk mencapai kelima kriteria atau paling tidak mendekati hal tersebut. Beberapa yang harus dilakukan, diantaranya menjadi guru yang tidak cepat puas, artinya terus belajar. Mempunyai komunitas untuk sharing dan meningkatkan kemampuan kita menjadi guru.

Seperti dikisahkan dalam novel para priyayi karya Umar kayam, bahwa guru jaman dulu (penjajahan Belanda) sudah disebut sebagai priyayi. Priyayi itu orang yang berilmu. Menjaga kepriyayian dengan pergaulan dengan komunitas yang berilmu untuk saling belajar dan meningkatkan kemampuan, serta adanya senior-senior yang ikut meningkatkan kemampuan guru-guru muda.

Pertanyaannya apakah sekarang ini, ada komunitas guru yang bisa dijadikan tempat untuk meningkatkan kemampuan kita sebagai guru? Senior-senior yang mau membimbing guru-guru muda, Anda, saya dan juga guru yang bisa menjawabnya. Komunitas-komunitas guru untuk pembelajaran dan meningkatkan kualitas harus terus diperjuangkan. Terakhir dari tulisan ini, sudah saatnya kita mendengarkan aspirasi dan suara-suara murid-murid kita tentang guru yang ideal dimata mereka. Bahaya kalau murid senang guru tidak masuk kelas, karena kedatangan anda berarti tidak diharapkan, artinya perjumpaan kita selama ini dianggap tidak menyenangkan. Bagaimana hasilnya kalau sudah begitu?

Tentu saja semuanya ingin menjadi guru yang dikangeni terus oleh murid, paling tidak itulah guru yang mendekati profesional setidaknya menurut kami, selepas diskusi. Walaupun, untuk guru-guru honorer masih menggapai-gapai kehidupan yang lebih layak, karena mendapat penghasilan yang jauh dari kata sejahtera.

Komentar

oma mengatakan…
jangan bingug pak...
yang pasti kita kan guru-guru terbaik daerah masing-masing.

Menjadi guru terbaik itu kan sulit sekali untuk mendapatkannya bos dari pada guru profrsional
Unknown mengatakan…
yang terpenting kita telah berusaha untuk melakukan hal yang terbaik pak..
Ahmad Hermansyah mengatakan…
Sy termasuk guru yg gmn ya?

Postingan populer dari blog ini

Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja, dan Kesempatan Kerja

Dipenjara 14 Tahun Tanpa Proses Pengadilan