Darah Biru Dalam Tubuh KNPI

Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Banten, sedang menyiapkan agenda besar menyelenggarakan Musyawarah Provinsi (Musrop) memilih pemimpin, kabarnya akan digelar November mendatang. Bisa jadi, kalau saja Iman Ariyadi masih berambisi menjadi Ketua Umum, dia bisa terpilih kembali, pasalnya siapa yang bisa menandingi popularitas anak Wali Kota Cilegon tersebut? persoalannya apakah dia mau dicalonkan kembali, atau tidak?
Sejumlah orang pun sudah mengetahui, beberapa calon yang sekarang berminat menjadi Ketua, bukan hanya sibuk menebar simpati ke bawah, juga minta restu pada Iman Ariyadi, begitulah daya magis Iman Ariyadi dalam tubuh KNPI Banten.
“Kalau Kang Iman yang saya tahu siapa pun yang datang padanya, dia tidak melarang untuk mencalonkan diri menjadi Ketua, dan itu sering diterjemahkan sebagai bentuk dukungan oleh para calon,” kata salah seorang aktivis KNPI yang dinilai dekat dengan Iman Ariyadi, ketika kami bertemu di Rumah Iman Aryadi, suatu malam pada bulan Ramadhan yang lalu.
Jujur, saya sebenarnya tidak mengetahui secara mendalam tentang KNPI khususnya KNPI Banten, termasuk seberapa jauh kinerjanya untuk perkembangan kepemudan dan pembangunan di Banten, yang jelas KNPI masih mengklaim dan memang harus diakui sebagian besar organisasi kepemudaan masih berada didalamnya, artinya suka atau tidak suka KNPI masih menjadi wadah organisasi kepemudaan di Banten, dan ini yang menarik bagi saya.
Satu lagi yang menarik, ternyata ketua KNPI di Banten masih didominasi ‘darah biru’ Iman Aryadi anak Wali Kota Cilegon, Ketua KNPI Pandeglang Asep Mulya Hidayat anak Jajat Mujtahidin, Jajat mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Golkar Pandeglang dan Jajat juga pendiri Provinsi Banten. Ketua KNPI Serang Deden Apriandhi anak Maman Rizal, Maman politisi senior Partai Golkar Serang yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Serang, dan Ketua TTKDH Banten. Ketua KNPI Lebak Andi Yudi Hendriawan, anak Irsjad Djuwaeli pendiri Provinsi Banten, Irsjad juga mantan calon Gubernur Banten yang juga politisi senior yang beberapa kali menjadi anggota DPR RI.
Memang dalam tubuh, darah tidak terlalu berbeda semua merah, namun darah biru sering dianalogikan sebagai keturunan bangsawan, hartawan, atau keturunan orang-orang yang dianggap besar. Sementara darah merah, mereka yang datang dari kalangan biasa, bisa anak petani, anak guru, anak pedagang kecil, dan sebagainya.
Bercokolnya darah biru dalam pucuk pimpinan KNPI, bisa jadi membuat KNPI lebih mudah berhubungan dengan kekuasaan, karena mereka tidak lagi rikuh berhadapan dengan pemegang kekuasaan, mereka sudah terbiasa karena orang tua mereka sejajar dengan kekuasaan, bagian dari kekuasan, atau malah lebih atas dari kekuasaan itu sendiri, ini penting karena KNPI belum bisa lepas dari dana APBD atau bantuan dari kekuasaan, dalam menggerakan roda organisasi dan menjalankan kegiataannya.
Darah biru juga memudahkan KNPI bergerak, ditengah budaya paternalistik yang sangat kuat dalam tubuh masyarakat. Selain itu, bisa jadi ‘anak-anak kolong’ itu tidak terlalu kesulitan untuk mengeluarkan sejumlah dana, untuk membiayai kegiatan KNPI. Satu hal lagi, bisa jadi para ketua KNPI itu dianggap sebagai figur yang dekat dengan kearifan lokal, Kiai dan Jawara. Bisa pula darah biru tersebut, mempunyai kelebihan karena sejak kecil sudah menghayati persoalan-persoalan kepemimpianan, yang ditularkan oleh orangtua mereka.
Persoalannya kemudian, munculnya mereka sebagai ketua KNPI bukan berarti tidak memunculkan pandangan negatif dari sebagian kalangan lebih-lebih menjadi fenemoa, ada apa sebenarnya? KNPI bisa jadi dianggap gagal membangun kepercayaan diri pemuda yang tidak mempunyai modal ‘apa-apa’ untuk berperan lebih jauh, atau para aktivis yang hanya bermodalkan kemampuan, loyalitas dan keinginan berkiprah dalam tubuh KNPI itu gagap, menghadapi rekannya yang darah biru.
Bila saja kegagapan pemuda darah merah itu benar adanya, maka tesis yang mengatakan kepemimpinan itu bukan hanya sekedar kerja keras, kemampuan, bakat dan loyalitas semata, tapi juga harus berdasarkan keturunan (geneologis), keturunan bukan pemimpin jangan bermimpi menjadi pemimpin berlaku di tubuh KNPI.
Padahal dalam kepemimpinan nasional Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang akan petani, dan tidak mempunyai trah nama besar, berhasil mengalahkan Megawati Soekarno Putri anak Soekarno, dan juga Abdurman Wahid anak Kiai besar Wahid Hasyim. Keberhasilan SBY pada saat itu, banyak dinilai karena SBY dianggap lebih bisa menarik simpati masyarakat, dengan program-program yang lebih merakyat.
Bisa jadi program yang ditawarkan oleh anak-anak muda yang berdarah merah saat pencalonan diri menjadi pucuk pimpinan KNPI, memang tidak lebih bagus dari mereka yang berasal dari darah biru, istilahnya darah merah tidak lebih sehat dari darah biru.
Bila itu persoalannya, memang bukan salah darah biru bila saat ini sangat mendominasi ketua KNPI, tapi, bila persoalannya kemudian calon ketua KNPI juga ditentukan oleh seberapa besar ‘amunisi’ atau kekuatan modal yang dimiliki seperti selentingan yang terdengar, seperti untuk mendaftar menjadi Ketua KNPI harus membayar biaya formulir yang nilainya jutaan, sampai biaya-biaya tertentu ditanggung ketua, maka memang hanya mereka yang mempunyai kekuatan modal yang didominasi oleh darah biru untuk bisa menang, tapi itu sungguh ironis.
Sebagai organisasi kepemudaan, tentu saja KNPI mempunyai tugas ganda, selain mengembangkan kepemudaan, bisa juga organisasi itu sebagai wadah kaum pemuda untuk mematangkan diri atau ‘kawah candradimuka’ pemuda untuk menempa dan mempersiapkan diri untuk terjun mengambil alih kepemimpinan, tentu saja tidak hanya menempa darah biru dan darah merah saja, tapi bisa semuanya.
Persoalannya kemudian, dalam Musrov kali ini, apakah darah merah yang ada dalam tubuh KNPI mampu menjawab peluang regenerasi kepemimpinan, atau bisa jadi mereka hanya akan menjadi tim pelengkap, pendukung sekedar menjadi tim sukses, bila itu terjadi maka semakin meneguhkan gagapnya darah merah mengimbangi rekannya, maka jangan pernah membayangkan masa depan darah merah asal KNPI dalam peta perpolitikan sesungguhnya, terus saja dibelakang paling banter jadi wakil, ketua bidang atau tim sukses. Selamat menyelenggarakan Musrov semoga sukses.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja, dan Kesempatan Kerja

Guru di Mata Murid

Pelajar Pancasila dan Pandemi Covid 19