Pelajar Pancasila dan Pandemi Covid 19

 

Presiden Joko Widodo, dalam pidato tahunan, 16 Agustus 2021, menyatakan semua pilar kehidupan kita diuji, diasah, kesabaran, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya. Bukan hanya beban, tetapi juga kesempatan memperbaiki diri. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, kokoh, dan mampu memenangkan pertandingan.

Kehadiran covid 19 menimbulkan banyak masalah, termasuk dalam bidang pendidikan. Usaha agar proses pembelajaran di ruang-ruang kelas menjadi lebih baik harus terus dilakukan, salah satunya menjadikan pandemi sebagai pintu gerbang menuju pendidikan dalam upaya membentuk karakter Pelajar Pancasila.

Mencipatkan Pelajar Pancasila merupakan bentuk dukungan terhadap Visi dan Misi Presiden mewujudkan Indonesia maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. Pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama; beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, dan bernalar kritis. Sekolah dapat merumuskan nilai-nilai dasar, melakukan sosialisasi, mengimplementasikan, dan mengukur, keberhasilan menerapkan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Kesadaran bahwa peserta didik mempunyai kemerdekaan dalam belajar harus terus ditumbuhkan. Konsep Merdeka Belajar, bukan berarti peserta didik dapat belajar dan mengerjakan tugas dengan sebebas-bebasnya dan semau-maunya, namun, lebih kepada bagaimana mendorong kemandirian peserta didik, untuk bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar.

Guru bertanggung jawab membantu peserta didik untuk menemukan dan meningkatkan kesadaran diri terhadap situasi yang dihadapi, serta dapat mengatur diri sendiri. Pendidikan, bukan hanya perkara meningkatkan kecerdasan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan, juga mengembangkan karakter.

Pemilihan metode, model, serta pendekatan dalam proses pembelajaran dapat mendorong upaya mewujudkan Pelajar Pancasila. Metode pembelajaran kolaborasi menempatkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kolaborasi berbasis produk dengan pendekatan mengatasi permasalahan covid 19.

Model pembelajaran kolaborasi dapat dikembangkan untuk menumbuhkan saling kerjasama. Kerjasama, sekarang menjadi bagian dari karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik, seperti halnya keberhasilan menangani permasalahan covid 19, yang tidak terlepas dari kerjasama. Pembelajaran kolaboratif juga menumbuhkan saling menghargai.

Peserta didik berkolaborasi dengan satu kelas, antar kelas, dan bila memungkinkan antar sekolah, guru berkolaborasi antar guru dengan guru yang berbeda mata pelajaran di sekolah atau antar sekolah, sekolah dengan orang tua, dan seterusnya, memberikan materi pelajaran yang dikaitkan dengan pandemi covid 19.

Peserta didik diajak berpikir kritis, dengan melemparkan sejumlah pertanyaan, terutama yang berkaitan dengan dilema moral dalam upaya membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, serta menyimpulkan informasi, seperti; mengapa peserta didik harus terlibat dalam mengatasi permasalahan covid 19, bagaimana dengan peran pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam mengatasi covid 19, apa yang bisa dilakukan oleh peserta didik dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.

Pembelajaran didasarkan pada upaya pengembangan bakat dan minat masing-masing peserta didik. Peserta didik yang mempunyai kecenderungan di bidang seni menampilkan karya yang menggambarkan dampak pandemi. Peserta didik yang mempunyai kecenderungan dalam bidang matematika; mengitung korban, dan kerugian akibat covid. Peserta didik yang lainnya lagi, merancang program kegiatan, penggalangan dana, promosi, dan seterusnya.

Peserta didik diharapkan mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Tindakan ikut serta mengatasi permasalahan covid 19, bisa berbentuk rekomendasi untuk pihak-pihak terkait atau bisa juga tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh peserta didik. Melalui tindakan nyata dengan membantu peserta didik yang kesulitan atau berkunjung  dan memberikan bantuan tanpa memandang latar belakang masyarakat yang dibantu seperti latar belakang sosial, agama, suku, ras, dan ekonomi, sebagai refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebhinekaan.

Tema permasalahan covid 19, juga dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari, menghadapi dengan tenang, menerima takdir, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu menerima takdir, dengan cara berikhtiar dengan mematuhi protokol kesehatan, agar terhindar dari virus untuk menjemput takdir yang lain, ketika kita takut dengan anjing, maka yang harus kita lakukan adalah menghindar. Dalam upaya terhindar dari penyakit, perlu dikembangkan keharmonisan hubungan; hubungan dengan pencipta, hubungan antar manusia, dan hubungan dengan alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketenagakerjaan, Tenaga Kerja, dan Kesempatan Kerja

Guru di Mata Murid

Dipenjara 14 Tahun Tanpa Proses Pengadilan